Jejak Pewaris Sikambang Sumatera akan ramaikan Pekan Kebudayaan Aceh, November mendatang/Ist
Jejak Pewaris Sikambang Sumatera akan ramaikan Pekan Kebudayaan Aceh, November mendatang/Ist
KOMENTAR

“Berlayar Hati Tak Senang, Air Mata Sepanjang Laut”

BEGITULAH kira-kira pesan yang ingin disampaikan oleh Ari J Palawi, aktivis budaya asal Banda Aceh dalam filmnya berjudul Jejak Pewaris Sikambang Sumatera, yang tayang perdana di Gedung Teater Mini, Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah I Aceh, Jumat (29/9 pukul 14:00 WIB.

Film tersebut diselesaikan sebagai bagian dari pertanggungjawaban pelaksanaan program pemanfaatan dana abadi kebudayaan untuk kategori Dokumentasi Karya dan Pengetahuan Maestro (DKPM) Dana Indonesiana 2022.

Beliau mengenal istilah Sikambang dari sosok ethnomusicologist ternama Australia, Professor Margaret J Kartomi. Pada 2010 adalah titik mula penjelajahan Dr Ari melakukan eksplorasi Si Kambang. Penjelajahan berakhir pada awal 2016, saat beliau lulus dari program doktoral dari sekolah pascasarjana Sir Zelman Music Conservatory, Monash University, Australia.

Penelitian dilakukan di sepanjang pesisir dan kepulauan Pantai Barat Sumatera. Ari ditemani oleh sosok muda nelayan murni, sekaligus maestro dendang Si Kambang dari Asantola-Haloban, Pulau Tuangku Kepulauan Banyak, Anhar Sitanggang. Bersama beliaulah perjalanan terakhir penyisiran tradisi berkesenian masyarakat Sikambang diselesaikan.

Mulai dari Kuala Baru Aceh Singkil hingga melintasi puluhan desa lainnya, baik yang di sekitaran jalur lintas pantai barat, timur dan selatan Sumatera, hingga berujung di Krui, Kabupaten Pesisir Barat Provinsi Lampung. Karenanya, film dokumenter, atau lebih tepatnya disebut sebagai Audio Visual Ethnomusicology yang berjudul ini berdurasi 60 menit 16 detik.

Berisikan narasi, foto bergerak, cuplikan pertunjukan dan testimoni para maestro, serta lainnya, yang diedit baik oleh Andi Irawan, profesional multimedia yang berdomisili di Yogyakarta.

Penayangan yang dirangkai dengan diskusi perdananya ini menghadirkan Profesor Margaret J Kartomi dari Australia dan Anhar Sitanggang dari Pulau Tuangku Aceh Singkil. Dari Banda Aceh hadir Kepala BPK Wilayah I Aceh Piet Rusdi, dan Ketua Jurusan Pendidikan Seni Universitas Syiah Kuala (USK) Tengku Hartati.

Pembina Yayasan Geunta Seni Jauhari (GSJ) Ari bertindak sebagai MC dan moderator diskusi, berkolaborasi bersama kolega, pimpinan dan staf serta alumni, mahasiswa dan pegiat budaya dari GSJ, BPK Wilayah I Aceh dan Jurusan Pendidikan Seni USK.

Panitia juga mengundang berbagai pemangku kepentingan bidang kebudayaan di sekitar Banda Aceh, baik ulama, akademisi maupun pemerintahan, seniman muda, milenia dan budayawan pewaris tradisi berkesenian masyarakat Sumatera umumnya.




5 Fakta Film Badarawuhi yang Disebut-sebut Lebih Horor dari KKN di Desa Penari

Sebelumnya

Mengintip Keseruan Berbelanja Fuji hingga Bryan Domani di Miniso Pink

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Entertainment